Sebagian ulama berkata : “wahai manusia, bekerjalah dengan pelan –
pelan, jadikan kamu itu takut kepada Allah. Dan janganlah kamu tertipu
dengan angan – angan dan lupa akan ajal. Dan janganlah kamu cenderung
kepada dunia. Karena sesungguhnya dunia itu banyak mengingkari janji dan
banyak menipu. Dunia itu telah menghias diri kepada kamu dengan
penipuanya. Ia telah berbuat fitnah terhadapa kamu dengan angan-anganya.
Dan berhias terhadap tutur katanya, maka jadilah ia seperti pengantin
puteri ketika ketika diserahkan kepada suaminya. Mata-mata orang
memandang kepadanya. Semua hati tertegun kepadanya. Semua orang orang
rindu kepadanya. Maka lihatlah dengan mata hakikat. Maka dunia itu
adalah negeri yang banyak bahayanya . dunia itu tercela oleh Sang
Penciptanya ( Al Kholiq = Allah) Al Kholiq yang lebih mengerti tentang
dunia itu dari pada kita. Yang baru dari dunia itu busuk. Memilikinya
itu membinasakan. Dan yang hidup itu mati. Dan yang baik itu hilang.
Maka bangunlah, semoga Allah mengasihani kalian.
Sebagian ulama Berkata kepada raja – raja “sesungguhnya manusia yang
paling berhak dengan mencela dunia dan memurkainya ialah orang yang
baginya dilapangkan dalam dunia dan diberikan keperluanya dari dunia.
Karena ia mengharapkan bahaya yang menimpa pada hartanya, kemudian
membinasakanya, atau menimpa atas perkumpulanya kemudian memecah
belahnya atau bahaya itu datang pada kekuasaanya kemudian ia
meruntuhkanya dari beberapa sendiya atau bahaya itu merangkak ke
tubuhnya kemudian ia jatuh sakit. Maka dunia itu lebih berhak untuk
dicela. Dunia itu yang mengambil apa yang diberikan dan meminta kembali
apa yang dihadiahkan. Sementara dunia itu mentertawakan temanya. Karena
ia mentertawakan orang lain. Sementara dunia itu menangisi temanya.
Karena ia menangisi orang lain. Sementara ia membentangkan telapak
tanganya dengan pemberian, ketika ia membentangkan telapak tangan untuk
meminta kembali pemberian itu. Maka dunia itu mengikat mahkota diatas
kepala temanya pada hari ini dan menguburkanya dalam tanah pada hari
esok. Sama saja pada dunia itu hilangnya apa yang hilang dan tetapnya
apa yang tetap. Dunia itu menemukan penggantinya pada yang tetap dari
yang hilang. Dan merasa senang dengan penggantinya dengan semua dari
semua.
Al Hasan Al Bashari menulis surat kepada umar bin Abdul Aziz :
Sesungguhnya dunia itu negeri perjalanan. Bukanlah dunia itu negeri
tempat tinggal tetap yang tetap. Sesungguhnya Nabi Adam diturunkan dari
surga kedunia itu sebagai siksaan. Maka jauhillah dunia itu, wahai
Amirul Mu’minin. Sesungguhnya bekal dari dunia itu adalah
meninggalkanya. Kekayaan dari dunia itu adalah kefakiranya. Pada setiap
waktu dunia itu terdapat pembunuhan. Dunia itu menghinakan orang yang
memuliakanya. Membuat kefakiran orang yang mengumpulkanya. Dunia itu
seperti racun yang di makan oleh orang yang belum mengenalnya. Pada
dunia itu kematianya. Maka hendaklah engkau pada dunia itu seperti orang
yang mengobati lukanya. Ia menjaga apa yang sedikit karena takut
terhadap apa yang ia tidak menyukainya pada masa yang panjang. Ia
bersabar pada kerasnya obat karena takut pada lamanyanya penyakit. Maka
takutlah akan negri ini yang mengingkari janji, yang banyak menipu, yang
menghiasi dengan penipuan, yang membuat fitnah dengan tipu dayanya.
Dunia itu menguraikan dengan angan – anganya dan menunda –nunda dengan
kata-katanya. Maka dunia menjadi seperti pengantin puteri yang dihias.
Semua mata memandang kepadanya. Semua hati tertarik kepadanya. Semua
jiwa tertegun kepadanya. Tidaklah yang akhri titu dicela dengan yang
awal. Dan tidaklah yang mengenal dengan Allah Azza wa Jalla itu teringan
ketika menceritakan tentang dunia itu. Maka orang yang rindu kepada
dunia itu telah memperoleh dari dunia dengan kebutuhanya. Kemudia ia
tertipu, berbuat aniaya dan lupa akan tempat kembalinya. Kemudia ia
sibuk dengan dunia, melalaikan dari dzikir kepada Allah Ta’ala. Sehingga
sebab itu k edua telapak kakinya tergelincir. Maka besarlah
penyesalanya dan banyak kerugianya. Berkumpullah padanya sekarat mati
dan menyakitkan. Orang yang menyenangi dunia itu tidak mendapat apa yang
dicarinya di dunia. Hatinya tidak merasa tenang tentram dari kepayahan.
Maka ia keluar dari dunia dengan tidak membawa bekal dan dating dengan
tidak membawa persediaan. Maka taktlah akan dunia, wahai Amirul
Mu’minin. Jadilah engkau itu lebih bergembira dengan apa yang ada
padanya. Dan takutlah akan sesuatu yang ada padanya. Karena orang
memiliki dunia itu setiap ia merasa tenang dari duni kapada kesenangan,
niscaya dunia itu membukkaknya kepada yang tidak di sukai. Orang yang
mersa senang pada ahli dunia itu tertipu. Yang memanfaatkan dunia itu
menipu yang mendatangkan melarat serta kesusahan .
sumber: http://langitan.net/
sumber: http://langitan.net/
No comments
Post a Comment