Menjadi juara itu mudah, tapi tetap mempertahankan juara tidaklah semudah menjadi juara. Teramat banyak contoh para juara yang tidak mampu mempertahankan kedudukannya. Bukan karena mereka berhenti berusaha, tapi itu semua diakibatkan usaha mereka tetap sama; ketika berusaha menjadi juara dan saat mempertahankannya.
Sebelum seorang bayi dilahirkan ke muka bumi, ada beberapa proses sunnatullah yang terjadi dalam kandungan ibu. Jika di-rewind mungkin seperti ini adanya: Bayi yang telah berbentuk manusia, memiliki daging dan tulang lunak Segumpal daging – Segumpal darah – Sperma + Ovum. Dalam proses awal ketika sel sperma memasuki tubuh untuk membuahi ovum jumlah sperma mencapai jutaan sel.
Jumlah ini sengaja dibuat banyak untuk mencegah kegagalan pembuahan karena di dalam tubuh wanita terdapat semacam asam yang dapat membunuh sel sperma. Dari sekian banyak sel sperma, hanya satu sel yang berhasil sampai ke ovum dan melakukan pembuahan. Singkat kata dalam proses penciptaan manusia hanya sel sperma terbaiklah yang bisa bertahan sampai ke dalam sel telur dan dapat menjadi cikal bakal jabang bayi.
So kita yang terlahir dari rahim ibu merupakan sang pemenang. Kita telah melewati proses seleksi yang amat ketat, jauh lebih ketat jika dibandingkan dengan proses seleksi masuk perguruaan tinggi negeri atau proses penerimaan pegawai negeri sipil. Kita telah menunjukan karakter yang kuat untuk menjadi yang terbaik dengan menyingkirkan jutaan pesaing.
Ada sebuah ungkapan filosofis yang berbunyi "Untuk menjadi tidaklah sesulit untuk tetap jadi". Menjadi juara itu mudah, tapi tetap mempertahankan juara tidaklah semudah menjadi juara. Teramat banyak contoh para juara yang tidak mampu mempertahankan kedudukannya. Bukan karena mereka berhenti berusaha, tapi itu semua diakibatkan usaha mereka tetap sama; ketika berusaha menjadi juara dan saat mempertahankannya. Setiap juara sejati selalu melakukan usaha yang lebih baik ketika mempertahankan statusnya. Itulah rahasia mengapa mereka tetap mendapatkan predikat juara.
Kembali pada kita, Saya dan Anda. Kita sudah memiliki modal sebagai seorang juara, tinggal sekarang bagaimana kita tetap menjaga kwalitas kita sebagai seorang juara. Tentunya kita tidak bisa berpangku tangan atau berusaha sekedarnya karena untuk menjadi yang terbaik di tingkat keluarga pun kita harus berusaha keras. Apalagi untuk menjadi juara di dalam kehidupan ini.
Tengoklah syair lagu "We Are The Champion" milik group music lawas Queen.
I've paid my dues time after time
I've done my sentences but committed no crime
And bad mistakes I've made a few
I've had my share of sand kicked in my face
But I've come through
We are the champion my friend
And we will keep on fighting till the end
Seorang juara harus berani menjalani hidup yang berat. Seorang juara senantiasa meminimalisir kesalahannya. Seorang juara harus tahan cobaan dan rintangan. Dan pada akhirnya untuk menjadi juara sejati sang juara tidak boleh berhenti berjuang.
Kita Sang Juara
Sebelum seorang bayi dilahirkan ke muka bumi, ada beberapa proses sunnatullah yang terjadi dalam kandungan ibu. Jika di-rewind mungkin seperti ini adanya: Bayi yang telah berbentuk manusia, memiliki daging dan tulang lunak Segumpal daging – Segumpal darah – Sperma + Ovum. Dalam proses awal ketika sel sperma memasuki tubuh untuk membuahi ovum jumlah sperma mencapai jutaan sel.
Jumlah ini sengaja dibuat banyak untuk mencegah kegagalan pembuahan karena di dalam tubuh wanita terdapat semacam asam yang dapat membunuh sel sperma. Dari sekian banyak sel sperma, hanya satu sel yang berhasil sampai ke ovum dan melakukan pembuahan. Singkat kata dalam proses penciptaan manusia hanya sel sperma terbaiklah yang bisa bertahan sampai ke dalam sel telur dan dapat menjadi cikal bakal jabang bayi.
So kita yang terlahir dari rahim ibu merupakan sang pemenang. Kita telah melewati proses seleksi yang amat ketat, jauh lebih ketat jika dibandingkan dengan proses seleksi masuk perguruaan tinggi negeri atau proses penerimaan pegawai negeri sipil. Kita telah menunjukan karakter yang kuat untuk menjadi yang terbaik dengan menyingkirkan jutaan pesaing.
Ada sebuah ungkapan filosofis yang berbunyi "Untuk menjadi tidaklah sesulit untuk tetap jadi". Menjadi juara itu mudah, tapi tetap mempertahankan juara tidaklah semudah menjadi juara. Teramat banyak contoh para juara yang tidak mampu mempertahankan kedudukannya. Bukan karena mereka berhenti berusaha, tapi itu semua diakibatkan usaha mereka tetap sama; ketika berusaha menjadi juara dan saat mempertahankannya. Setiap juara sejati selalu melakukan usaha yang lebih baik ketika mempertahankan statusnya. Itulah rahasia mengapa mereka tetap mendapatkan predikat juara.
Kembali pada kita, Saya dan Anda. Kita sudah memiliki modal sebagai seorang juara, tinggal sekarang bagaimana kita tetap menjaga kwalitas kita sebagai seorang juara. Tentunya kita tidak bisa berpangku tangan atau berusaha sekedarnya karena untuk menjadi yang terbaik di tingkat keluarga pun kita harus berusaha keras. Apalagi untuk menjadi juara di dalam kehidupan ini.
Tengoklah syair lagu "We Are The Champion" milik group music lawas Queen.
I've paid my dues time after time
I've done my sentences but committed no crime
And bad mistakes I've made a few
I've had my share of sand kicked in my face
But I've come through
We are the champion my friend
And we will keep on fighting till the end
Seorang juara harus berani menjalani hidup yang berat. Seorang juara senantiasa meminimalisir kesalahannya. Seorang juara harus tahan cobaan dan rintangan. Dan pada akhirnya untuk menjadi juara sejati sang juara tidak boleh berhenti berjuang.
No comments
Post a Comment