Merasa Butuh Kepada Allah Hantar Kesempurnaan Hamba

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'A... thumbnail 1 summary

butuh_Allah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Butuh kepada Allah Ta’ala adalah kondisi & sifat melekat pada diri semua hamba. Jika perasaan ini kuat dalam dirinya maka akan menghantarkan kepada kesempurnaannya. Karena orang yang merasa butuh kepada Allah akan terdorong menempuh jalan yang menghantarkan kepada-Nya dan melakukan sebab yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan-Nya.

Merasa butuh kepada Allah dan berharap terhadap karunia-Nya & kebaikan-Nya menjadikan hamba tazhallul (menghinakan diri) dan merendahkan diri kepada-Nya. Kemudian ia berusaha menjaga perintah Allah dalam dirinya. Dia takut terhadap murka Allah dan kemarahan-Nya, sehingga ia menahan diri dari durhaka terhadap-Nya.

Inilah sifat yang dimiliki para rasul dan orang-orang shalih terdahulu. Mereka senantiasa menggantungkan perbaikan diri dan apa yang dibutuhkannya kepada Allah. Mereka banyak berdoa yang diikuti dengan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah. Al-Qur'an telah merekam sifat-sifat mulia mereka dan doa-doa yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah.

Kita lihat Nabi Adam & Hawa saat mereka diturunkan ke bumi akibat dosa-dosa mereka, mereka berdoa:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rafa: )

Mereka butuh kepada ampunan dan rahmat (kasih sayang) Allah. Mereka tidak bisa hidup dan baik kecuali dengan kemurahan & kebaikan Allah. Jika ini tidak diberikan, mereka mengakui akan menjadi orang merugi.

Nabi Ibrahim & Zakaria meminta kepada Allah agar diberi keturunan,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Shaafat: 100)

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)

Ibadurrahman meminta kepada Allah agar pasangan-pasangan hidup mereka dan keturunan mereka dijadikan sebagai Ahlut Tha’ah dan menjadi teladan bagi orang-orang bertakwa,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Dalam mendidik anak agar menjadi manusia shalih dan menjaga shalat, Nabi Ibrahim memintakan taufiknya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 41)

Al-Rasyikhuna fi al-Ilmi (orang-orang yang mendalam ilmunya) meminta kepada Allah agar dianugerahi keistiqamahan dan dijaga petunjuk pada mereka, mereka berlindung dari kesesatan-kesesatan sesudah mendapat petunjuk. Mereka mengakui bahwa semua itu bagian kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Wahai Rabb-kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Juga senantiasa membaca doa,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)

Ini menunjukukkan bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam yakin bahwa hatinya berada di tangan Allah 'Azza wa Jalla. Dirinya tidak punya kuasa sedikitpun terhadapnya. Sedangkan Allah mengarahkan hati tersebut sekehendak-Nya. Dia berfirman tentang hakikat ini,

وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا

"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka." (QS. Al-Isra': 74)

Ringkasnya, setiap kita tidak bisa lepas dari butuh kepada Allah walau sekejap mata. Maka hendaknya kita melakukan sesuatu yang mendatangkan kecintaan & keridhaan-Nya dengan mengerjakan ibadah dan ketaatan, menjauhi keharaman-keharaman & maksiat, senantiasa mengingat-Nya (berdzikir kepada-Nya), memperbanyak doa dan permintaan kepada-Nya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

No comments

Post a Comment