“Tanpamu aku galau!” gitu deh kira-kira salah satu bunyi iklan operator selular.
Iklan tersebut kemudian diikuti oleh operator lain, kemudian sekarang jadi tren yang sering kita dengar. Pokoknya kalau udah cemas bakal nemu kondisi yang nggak sesuai dengan harapan… jadi galau deh!
Btw, sebenarnya galau itu apaan sih, Sob? Kalau ngulik kamus bahasa Indonesia sih katanya arti galau itu kacau nggak karuan, Sob.
Wow...sudah sedemikian kacau nggak karuan kah apa yang Sobat hadapi, sampai terucap “aku galau”? Udah gitu, pernah nggak, setelah mengucapkan kata galau tersebut, apa yang kita rasakan justru semakin nggak enak, semakin bete, dan semakin nggak karuan? Nah, itulah yang disebut sebagai sugesti. Coz, emang, kita adalah apa yang kita pikirkan, Sob.
Artinya gini, kalau kita pikirkan diri kita memang dalam keadaan buruk maka keadaan itulah yang akan kita hadapi. Kemudian, tak jarang, kita membuat keadaan yang sebelumnya nggak buruk-buruk amat, jadi buruk beneran. Contoh, karena handphone kamu nggak ada di tas, maka kamu jadi berkata sama teman, “Haduh, galau banget deh, hp-ku nggak ada.”
…Kita adalah apa yang kita pikirkan. Kalau kita pikirkan diri kita dalam keadaan buruk maka keadaan itulah yang akan kita hadapi...
Seharian kamu jadi sibuk nyari-nyari hp, ketakutan sendiri karena khawatir hp kamu hilang dicuri orang, sampai-sampai apa yang sudah dipersiapkan untuk ulangan hari ini jadi lupa semua. Padahal, setelah keadaan lebih tenang, dalam perjalanan pulang sekolah, kamu baru ingat kalau ternyata hp kamu masih di-charge dibawah meja belajar. Karena kamu berangkat terburu-buru, lupa deh nggak kebawa.
So, itulah yang dinamakan dengan kekuatan pikiran. Kalau kita tersugesti oleh satu pikiran, maka apapun yang kita kerjakan akan membawa kita mendekati keadaan yang kita pikirkan tersebut. Karena itu, sebaiknya pertimbangkan kembali kata “galau” ini untuk jadi kata-kata “yang kamu banget”.
Lebih jauh, kita seringkali menggunakan kata galau untuk menggambarkan situasi yang menggelisahkan. Situasi yang sama sekali nggak kamu harapkan. Cemas, benar nggak sih seperti itu kejadiannya, gimana ya kalau nanti bakal seperti itu, nanti seperti apa ya... dan sebagainya.
Padahal gini lho Sob, Allah SWT yang paling sayang sama kita itu mengingatkan dalam surat yang pasti kita hapal banget, “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Robb-nya manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan setan yang tersembunyi, yang membisikkan kedalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.’” (Qs. An-Nas:1-6)
...Setan memang hobi banget membisikkan kegalauan dalam dada kita...
Artinya, setan itu memang hobi banget membisikkan dalam dada kita keburukan, kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, dan... kegalauan.
Padahal, sebenarnya belum tentu seperti itu keadaannya dan belum tentu seperti itu jadinya. Karena itu, Allah SWT memanggil kita untuk berlindung pada-Nya saja. Berlindung dari segala keburukan yang telah atau akan menimpa.
Rumusnya gini Sobat, apa yang terjadi kemarin telah berlalu dan apa yang terjadi esok hari, hanya Allah Yang Mahatahu. Yang kita jalani dan harus kita upayakan sebaik-baiknya adalah hari ini. Bila kita melakukan kesalahan di hari kemarin, maka hari ini adalah sebaik-baiknya waktu untuk mengambil pelajaran dan memperbaiki kesalahan agar hari ini lebih baik dari kemarin. Hari ini juga adalah sebaik-baiknya waktu untuk mempersiapkan esok hari agar Allah SWT ridha memberikan yang terbaik esok. Seperti apa yang terbaik tersebut, terserah Allah aja. Yang penting kita udah usaha maksimal.
Jadi, nggak usah galau ‘kan? [Anis/voa-islam.com]
No comments
Post a Comment