Penyakit Hati dan Pencegahannya

Hati selain merupakan salah satu organ internis manusia, juga berfungsi sebagai tempat seluruh perasaan jiwa, kekuatan berfikir dan ke... thumbnail 1 summary

Hati selain merupakan salah satu organ internis manusia, juga berfungsi sebagai tempat seluruh perasaan jiwa, kekuatan berfikir dan keyakinan. Perasaan cinta, benci, bahagia, gelisah, marah, takabbur, tawadhu, yakin, ragu, iman, kafir dst.

Penyakit Hati dan Pencegahannya

Kedudukan Hati

Hati selain merupakan salah satu organ internis manusia, juga berfungsi sebagai tempat seluruh perasaan jiwa, kekuatan berfikir dan keyakinan. Perasaan cinta, benci, bahagia, gelisah, marah, takabbur, tawadhu, yakin, ragu, iman, kafir dst.

Hati sangat menentukan baik dan buruk manusia secara menyeluruh. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal organ, bila ia baik maka baiklah seluruh jasad manusia itu, dan bila dia rusak, maka rusaklah ia seluruhnya. Ia itu adalah hati (qolbu).”

Dengan demikian menjaga kesehatan hati berarti menjaga manusia secara keseluruhan. Sedangkan membiarkan hati rusak sama dengan merusak manusia itu sendiri. Hal ini sangatlah rasional mengingat hati adalah tempat bersemayam keyakinan dan pemahaman yang akan menentukan visi hidup seorang manusia sumber niat, motivasi, selera dan emosi yang akan mengarahkan amal seseorang dan menentukan mutunya.

Dari sinilah masa depan manusia ditentukan sebagaimana firman Allah dalam Q.S As-Syu’araa ayat 88-89.



“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Hati Yang Sakit

Di dalam Al-Qur’an, hati yang sakit dianalogikan beberapa istilah yaitu buta, keras membatu, dan berkarat.

  1. Buta, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 22:46, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Maka sesunguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dada.”
  1. Keras membatu, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 2:74, “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, atau lebih keras dari itu ……” atau firman Allah di ayat lain seperti Q.S. 6:43, Q.S. 57:16, Q.S. 5:13, dalam hal ini hati yang keras senantiasa dicirikan dengan munculnya sifat-sifat tercela seperti ujub, riya’, takabbur, dholim, hasad, dan sejenisnya.
  1. Berkarat, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 83:14, Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” Dengan kata lain kebiasaan buruk mereka telah menjadi penyebab atas rusaknya selera mereka sehingga muncul sifat-sifat nifaq, mengikuti hawa nafsu, mencintai dunia secara berlebihan.

Pencegahan Penyakit Hati

Berbagai penyakit hati dapat dicegah dengan upaya mensucikan hati. Diantara sarana mensucikan hati secara umum adalah sebagai berikut :

  1. Melaksanakan shalat secara khusyu

Shalat adalah sarana terbesar dalam pensucian hati. Firman Allah: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (Q.S Al-Mu’minuun : 1-2). Fungsi shalat akan efektif bila dilaksanakan dengan benar dan khusyu’, serta berusaha untuk segera melaksanakannya di awal waktu, yakni ketika mendengar adzan.

  1. Puasa (shaum)

Urgensi puasa dalam pensucian hati sangat penting bagi seseorang, sebab di antara syahwat besar yang bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kelamin. Sedangkan puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut. Puasa juga sarana mengendalikan diri dari hal-hal yang dilarang Allah, misal memfitnah, memprofokasi, korupsi. Seperti sabda Rasulullah : “Puasa itu tidak lain adalah perisai bagi orang mukmin.” (HR. Bukhari dan Muslim)


  1. Tilawah Al-Qur’an

Al-Qur’an akan berfungsi sebagai pelita hati secara baik apabila dibarengi dengan menghadirkan hati untuk memahami maknanya, mentadaburi artinya dan merenungi kandungannya. Allah berfirman :




“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Ali Imron: 138)

  1. Dzikrullah

Biasanya nafsu hati itu dibarengi rasa cepat jemu, bosan, pesimis, malas, dan lain-lain, makanya dalam berdzikir pun harus melakukan kreatifitas dalam arti berganti-ganti suasananya; seperti dalam keadaan berdiri, berjalan, duduk atau tiduran baik di waktu pagi maupun malam.

Firman Allah :Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (Q.S Al-Insaan: 25-26)


  1. Tafakkur

Tafakkur adalah kesediaan akal pikiran untuk senantiasa memikirkan akan kebesaran Allah dan ciptaan-Nya, bagaimana langit di tinggikan, bumi di hamparkan, kejadian manusia dari setetes air yang hina, kemudian menjadi mulia dan berbagai keajaiban lainnya. Dan hal itu menunjukkan betapa manusia tidak ada apa-apanya, sangat lemah, dan karenanya tidak pantas untuk berbuat sombong dan dzalim di muka bumi.

Allah SWT berfirman: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah?”…(Q.S Al-Araf: 185).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S Ali Imran: 190-191)

Dua ayat di atas mengisyaratkan bahwa kesempurnaan akal tidak akan tercapai kecuali dengan bertemunya dzikir dan fikir manusia. Apabila kita telah mengetahui bahwa kesempurnaan hati merupakan kesempurnaan manusia, maka kita mengetahui pula bahwa dzikir dan fikir merupakan dua hal yang berpengaruh pada pensucian jiwa.

Pangkal kebaikan dan keburukan bermula dari kalbu (hati). Jika kalbu itu baik, baiklah sikap dan perilakunya, dan jika rusak, maka rusaklah lingkungannya. Sungguh orang-orang yang giat bersusah payah mensucikan hatinya, pastilah Allah akan menuntunnya ke jalan yang diridhoi-Nya, sebaliknya orang yang cuek akan kebersihan hatinya, hati-hatilah sebab kesengsaraan hidup nan abadi telah menantinya.

Allah SWT berfirman :



“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As-Syams : 9-10)

Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk meminta kepada Allah agar di bersihkan hati kita dengan do’anya, “Ya Allah, berikanlah ketaqwaan ke dalam hatiku dan bersihkanlah hati ini. Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkaulah pemeliharanya.” (HR. Muslim)

Demikian semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah SWT sehingga bisa membedakan antara haq dan bathil, juga mendapat taufiq-Nya sehingga kita mau dan mampu untuk mengamalkannya. Amin

No comments

Post a Comment