Nabi SAW menyebut keselamatan seseorang terletak di dalam kemampuannya mengontrol lidahnya. Oleh karena itu, sebelum berbicara berpikirlah dulu. Bila pembicaraannya berisi kebaikan, silakan bicara, bila tidak, lebih baik ia diam.”
Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi menyebutkan beberapa penyakit lidah. Pertama, lidah dapat menimbulkan perdebatan yang tidak ada ujung pangkalnya.
Kedua, lidah mampu melaknat, mencercau, mendoakan keburukan meski pada hewan. Nabi SAW bersabda, “Orang mukmin itu bukanlah ahli melaknat.” Dalam sabdanya yang lain, “Mencaci seorang mukmin adalah sebuah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.”
Ketiga, lidah bisa menyebarluaskan rahasia, mengolok-olok, dan meremehkan. Bahaya lidah adalah membuka aib, merendahkan harkat dan martabat orang lain. Allah berfiman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (Qs. Al-Hujurat: 11).
Keempat, memuji. Memuji yang tercela adalah memuji yang tidak proposional, berlebih-lebihan, tidak sesuai fakta, dan cenderung menjilat.
Kelima, menggunjing. Inilah penyakit yang sangat berbahaya pada lidah siapa pun. Sungguh butuh perjuangan keras untuk membinasakan perilaku menggunjing, menggoisp. Ghibah digolongkan sebagai perbuatan yang dosanya lebih besar dari zina.
Dalam perjalaan Isra`-Mi`raj, nabi ditunjukkan orang yang mencakar wajahnya dengan kukunya. Ternyata ia adalah orang yang gemar menggunjing manusia dan mencemarkan kehormatannya.
Keenam, mengadu domba dan bermuka dua. Adu domba ialah menukil ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan menfitnah. Bermuka dua setali tiga uang dengan adu domba (namimah): di sisi barat ia mengatakan A di sisi timur ia mengatakan B. Nabi berujar, “Seburuk-buruk hamba Allah adalah orang-orang yang berjalan sembari mengadu domba dan mencerai-beraikan di antara orang-orang yang mencintai.”
Ketujuh, berdusta. Dusta lawan jujur. Jika jujur membawa pada ketenteraman meski terkadang membawa risiko yang berat, maka dusta malah menyeret pada kesusahan dan kenikmatan sesaaat tanpa rasa tenang. Lidah yang tidak jujur biangnya dusta, dusta dalam bentuk sumpah palsu, berujar yang tidak selaras kenyataan, maupun janji yang tak ditepati.
No comments
Post a Comment