"Katakanlah , Kalau Sekiranya Lautan Menjadi Tinta Untuk (Menulis) Kalimat-Kalimat Tuhanku, Sungguh Habislah Lautan Itu Sebelum Habis (Ditulis) Kalimat-Kalimat Tuhanku , Meskipun Kami Datangkan Tambahan Sebanyak Itu Pula "(Qs Al- Kahfi : 19)
Diantara makhluk- makhluk yang Allah SWT ciptakan, manusia adalah makhluk Allah SWT , yang terbaik. Struktur postur tubuhnya juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah SWT lainnya.
"SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MENCIPTAKAN MANUSIA DALAM BENTUK YANG SEBAIK-BAIKNYA" (QS At-Tin :4)
Merujuk kepada ayat tersebut sudah sepatutnya kita bersyukur dan berterimakasih kepada SANG PENCIPTA dengan MENJALANKAN SEGALA YANG DIPERINTAHKANNYA dan MENJAUHI SEGALA LARANGANNYA. Bukan sebaliknya , kedudukan mulia tersebut menjadi legalitas manusia untuk BERSIKAP ANGKUH dan berbuat semaunya terhadap makhluk-makhluk lainnya, tidak juga.
Manusia yang diciptakan sebagai makhluk terbaik, tidaklah memenuhi totalitas sosok pribadi manusia secara utuh. Ini berarti manusia juga punya banyak kekurangan. Dikatakan yang terbaik, bisa jadi karena ia punya bentuk postur yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kelebihan tersebut akan menghantarkan manusia pada kesempurnaan yang hakiki, tentu bila dipergunakan dengan baik untuk mencari kekurangan- kekurangan dialam yang pada hakikatnya ADALAH GURU BISU MANUSIA. Sebaliknya manusia akan lebih rendah dari binatang jika keliru memanfaatkan fasilitas yang ALLAH SWT berikan padanya, sebagaimana firmannya,
"KEMUDIAN KAMI KEMBALIKAN DIA (MANUSIA) KETEMPAT YANG SERENDAH-RENDAHNYA" (QS aT-Tin :5)
Diantara GURU BISU manusia itu adalah IKAN-IKAN DILAUTAN.
Allah SWT menciptakan ikan dilautan memang untuk dikonsumsi. Makanan yang berprotein tinggi untuk tubuh (jasmaniah). Selain itu sebenarnya juga Allah SWT ciptakan ikan dilautan menjadi pengajaran yang termasuk kedalam ayat kauniyahnya. Bagaimana dengan falfasah ikan dilaut?
Disini artinya manusia dengan kelebihan potensi berpikirnya hendaknya jangan hanya memikirkan atau meneliti apa dan berapa protein ikan laut , tetapi juga "membaca" bagaimana sisi kehidupan ikan dilaut agar menjadi pengajaran , menjadi protein ruhaniah manusia.
Manusia merasa lebih tinggi dan mulia kedudukannya. Dengan perasaan yang tingginya itu manusia kadang lupa bahwa dirinya manusia. Perasaan ini yang kadang menjadikan manusia lupa bahwa dirinya adalah makhluk yang berperasaan. Untuk itulah manusia perlu banyak belajar kepada guru bisu (kauniyah) diantaranya adalah ikan di laut.
Memfalsafahkan hidup dengan falsafah ikan dilaut pada abad modern ini bukanlah hal yang tidak mungkin.
Ikan dilaut boleh dikata TEGAR DARI KONDISI KELAUTAN. ; ASIN AIRNYA tetapi IKAN KEMANAPUN IA BERENANG TIDAK IKUT ASIN, KECUALI JIKA IA SUDAH MATI.
Sehingga timbullah nasehat orang tua kepada anaknya, 'JADILAH KAMU SEPERTI IKAN DILAUTAN YANG TIDAK PERNAH TERPERDAYA KEADAAN"
Sebesar-besarnya ikan dilautan adalah KECIL JUGA, Luas lautan dengan air asinnya tidak dapat menjadikan ikan ikut menjadi asin.
Demikianlah Allah SWT menciptakannya buat pengajaran kepada manusia.
Manusia juga memiliki lautan dalam dirinya, LUASNYA TIADA BERBATAS, DALAMNYA TIADA BERDASAR, YAITU HATI. TIDAK BESAR MEMANG BENTUKNYA, TIDAK LUAS RUASNYA, itulah HATI dalam tubuh ini.
Namun tidak sedikit manusia yang TENGGELAM kedalam lautan hatinya sendiri.
Sehingga kemuliaan dirinya ternoda dan terpuruk kelembah kenistaan, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW, "SESUNGGUHNYA DALAM DIRI MANUSIA ITU ADA SEGUMPAL DARAH. APABILA BAIK IA MAKA BAIKLAH SELURUH JASAD INI, DAN APABILA RUSAK IA MAKA RUSAKLAH SELURUH TUBUH, KETAHUILAH HAL ITU ADALAH HATI."
Manusia ada yang masih belum mampu memakai filosofi ikan dilautan yang tidak dapat diwarnai asinnya lingkungan air laut, kecuali ia sampai mati (baru disebut ikan asin).
Gebyar warna dunia dan derasnya akulturasi budaya sering kali mewarnai kehidupan manusia sehingga tidak jarang mereka rela mengorbankan yang paling prinsip sekalipun. Hal ini terjadi karena hati manusia yang tidak stabil yang membuat manusia terempas dan tenggelam dalam lautannya sendiri,
Allah SWT dalam firman-Nya menjelaskan, "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir," (QS Al-Ma'arij :19-21)
Masyarakat merupakan agent of social process (pusat terjadinya proses perubahan). Sebagai makhluk sosial manusia tentu lekat dengan lingkungannya. Melalui hubungan sosial inilah tiupan angin budaya menerpa lautan hati manusia, sehingga membuat pribadi manusia bagaikan kapal tanpa nahkoda. Itulah sebabnya mengapa di era akulturasi seperti saat ini prinsip dan falsafah ikan dilaut perlu dijadikan pelajaran bagi setiap manusia . Untuk itu Rasulullah SAW menganjurkan agar selalu membaca doa, "Wahai pembolak balik hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu, dan atas taat kepada-Mu. Mahasuci engkau, Sesungguhnya aku ini orang yang berbuat zalim dengan diriku sendiri. "Ya Allah tunjukilah aku jalan kebenaran. Amin.
No comments
Post a Comment