Kacamata Cinta

Oleh: Syaripudin Zuhri Dalam kehidupan di manapun di segala tempat, di kantor, di lingkungan masyarakat, di jaringan social, baik dalam... thumbnail 1 summary

kacamata-cinta

Oleh: Syaripudin Zuhri

Dalam kehidupan di manapun di segala tempat, di kantor, di lingkungan masyarakat, di jaringan social, baik dalam dunia nyata maupun dunia maya, akan ditemukan berbagai macam watak manusia, yang satu sama lainnya akan berbeda. Inilah perlunya menata kehidupan dalam berinteraksi dengan sesama manusia, karena memang ada manusia yang sangat peka alias mudah tersinggung, ada juga manusia yang  biasa saja, menerima  segala yang ada, alias adem ayem saja.

Dalam menghadapi menusia yang beraneka ragama tadi , kata orang bijak “pandai-pandailah meniti buih” atau ibarat main layangan, kapan di tarik dan kapan di ulur, ya disesuaikan ke mana arah angin bergerak.  Tak mudah emosi dan tak mudah kagetan, itu kunci utama atau tidak mudah tersinggung, apapun yang orang lain katakan.

Karena teman yang baik, hanya melihat kebaikanmu, walaupun kesalahanmu banyak sekali. Musuh yang jahat, itu ada di sekitarmu juga,  hanya melihat kesalahanmu, walaupun kabaikanmu banyak sekali. Di mata orang yang dengki, yang berpikir negatif, tak ada kebaikanmu, semua salah, buruk dan kotor. Di mata orang yang bijak, yang berpikir positif, tak ada kesalahanmu, yang terlihat di matanya semua baik, benar dan indah.

Hadapi manusia dengan cinta dan kebijaksanaanmu, maka akan kau temukan begitu banyak manusia yang baik, benar dan menyenangkan. Namun, bila kau hadapi manusia dengan kedengki dan kebencian, maka dihadapanmu tak ada manusia yang baik, yang benar dan yang menyenangkan, yang terlihat dimatamu yang penuh dengan kedengkani dan kebencian itu adalah keburukan, kesalahan dan mengecewakan, salah semuanya, buruk semuanya dan kebencianmu semakin membara dan setan senang sekali pada manusia semacam ini.

Dan hatimu semakin nelangsa dan panas karenanya. Mana yang kau pilih, kacamata cinta atau kebencian ? Keduanya berdampak langsung dan tidak langsung dengan hatimu, wajahmu dan perbuatanmu dengan sesamamu. Diakui atau tidak, wajahmu akan berkerut, senyum hilang begitu saja dan wajahmu semakin kusut, karena adanya kedengkian dan kebencian pada sesamamu, di lingkunganmu sendiri!

Jangan biarkan kehidupanmu yang pendek ini diisi dengan penuh dengki, kebencian, iri hati, kecewa, mengeluh, putus asa dan berbagai macam penyakit hati yang lainnya. Hidup ini hanya sekali, setelah itu mati. Apa yang akan kau bawa saat kematianmu tiba? Bila penyakit hati yang kau bawa, yakinlah bukan doa kesalamatan yang kau bawa dari manusia, Tapi rasa syukur manusia atas kematianmu, mereka bukan bersedih atas ketiadaan mu, namun senang dan gembira, karena kau bukan manusia yang baik, kau telah menyusahkan orang lain dengan kebencian dan iri hatimu, dengan fitnah dan cacimakimu! Bahkan ada yang sangat bahagia bila kau mati.

Jadilah manusia yang baik dan bermanfaat bagi sesamamu, lakukanlah kebaikan, sekecil apapun yang kamu bisa. Jadilah kamu teman yang baik, jika tak bisa, jangan kau sakiti mereka ! Manusia yang begitu beragam sipat, watak, kebiasaan dan lain sebagainya, menyebabkan satu sama lain terkadang berbeda cara memandang suatu masalah, walaupun satu topik, pendapat bisa seribusatu macam, walaupun satu masalah, bisa dipecahkan dengan cara berbeda-beda, tergantung pada wawasan, pemikiran, kemampuan, kapasitas atau otoritas setiap orang.

Di di ruang ini banyak sekali pemikiran yang tercurah, dengan berbagai kemampuan dan latar belakang yang berbeda, dan hal tersebut bisa dilihat dari tulisan dan cara berkomentar.Ibarat rumah, ini rumah tanpa pintu, tanpa jendela. Siapapun bisa masuk dan bisa keluar, sebebas-bebasnya.

Begitu bebasnya rumah ini, walau ada satpamnya, tapi tetap saja banyak “kecolongan” karena masih saja banyak ditemukan kata-kata yang sepatutnya tidak  keluar di arena tanpa batas ini, karena pembacapun tak terbatas, siapa saja bisa membaca, tak peduli anak-anak, sehingga bisa saja kata yang tak pantas dibaca oleh mereka, terbacalah.

Dari sekian banyak tulisan setiap harinya, memang tak mungkin membaca semua tulisan itu, apa lagi sudah sama-sama diketahui dunia internet adalah gudangnya informasi, begitu banyak informasi, sehingga tak mungkin dibaca semua, alias mustahil, termasuk menggunakan metoda cara membaca  cepat! Jangankan di luar sana atau di web lain, di ruang ini saja tak bisa dibaca semuanya, karena keterbatasan waktu dan skala prioritas yang digunakan, karena tanpa prioritas ketika membaca artikel, bisa pusing tujuh keliling.

Lalu apakah berhenti menulis, karena bisa saja apa yang ditulis akan menjadi sampah di dunia maya! Seperti nada putus asa! Bahkan ada yang bilang kalau tulisan tersebut tidak sesuai dengan prediksi awal, maka penulisnya harus malu. Saya langsung menjawab, kenapa harus malu?  Kita menulis apa yang kita ketahui, yang tidak kita ketahui, ya bukan urusan kita dong, iya kan? Kita tidak dituntut terhadap apa yang tidak ketahui, saya mengibaratkan ketika melihat perbuatan orang, kalau orang itu sudah baik dihadapan kita, ya cukup sampai di situ, perkara yang di dalamnya, di hatinya, itu urusan Tuhan.

Kita tidak mengetahui isi hati orang lain, bisa saja dia tersenyum di hadapan kita, tapi di hatinya membenci kita, itu urusannya sendiri, segitu aja kok repot! Yang jelas selama di hapan kita baik, ya sudah itu saja, jangan dicari-cari lagi alasan mengapa orang itu baik ke kita. Perkara di belakang kita menjadi bahan omongannya, ya terserah orang itu, kenapa diambil pusing, emangnye  gue pikrin, EGP! Begitu saja, beres!

Yang jelas setiap manusia, siapapun dia punya kebaikan dan keburukannya, termasuk penulis. penulis bukan manusia sempurna, bukan nabi, bukan rosul! Kita sama  semua, manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi kalau kita punya kesalahan atau kekurangan, ya normal, itu manusiawi, karena kita bukan malaikat yang tak punya kesalahan apapun!

Karena memang malaikat tak punya nafsu, yang beda sekali dengan manusia, punya nafsu. Jadi kalau anda punya kesalahan, ya manusiawi! Sama dengan saya, yang juga manusia, punya kesalahan, kenapa harus malu? Orang yang baik bukan manusia yang tak punya kesalahan, tapi orang yang punya kesalahan lantas memperbaiki kesalahan tersebut!

“Anda harus malu, kalau tulisan anda menjadi sampah,” mungkin ada yang berkata begitu. Saya jawab lagi, kenapa harus malu? Kenapa harus malu, ketika tulisan menjadi sampah? Bukankah orang dinilai karena perbuatannya, kalau sudah berbuat lantas salah, apakah harus malu? Padahal itu bukan sebuah kejahatan, ya menulis bukan sebuah kejahatan, lalu mengapa harus malu kalau salah? Salah, ya diperbaiki, segitu aja repot!

Kita baru boleh malu, kalau korupsi misalnya, loh yang korupsi saja banyak yang tak tahu malu, kenapa kita harus malu pada tulisan? Soal pro dan kontra biasa dalam kehidupan, jadi mengapa harus malu kalau tulisan dinilai salah oleh yang kontra, ya biasa toh, yang kontra mencari kesalahan, yang pro mencari kebaikannya, hidup memang begitu kok.  Makanya orang bijak bilang: “hadapilah manusia dengan cintamu, maka akan kau dapati kebaikan-kebaikan di dalamnnya, namun ketika kau hadapi manusia dengan kebencianmu, yang kau dapati hanya kesalahan dan keburukannya.”

Itulah salah satu kunci menata kehidupan, baik di dunia maya maupun di dunia nyata, lagi-lagi karena tidak seragamnya manusia, atau begitu banyak macam manusia yang kita hadapi. Ada yang baik di hadapan kita, tapi dibelakang kita jadi “kompor” yang amat panas, semua kesalahan kita dibongkarnya, tak perlu ditanya mengapa. Lagi lagi karena memang sifat orang itu ada yang demikian. Namun ada yang baik dengan kita, di depan atau di belakang kita, yang begini ini jarang. Namun keduanya akan menjadi baik kalau kita hadapi dengan cinta, senyum, kasih sayang dan kebiakan.

Lawanlah kejahatan, iri hati, kedengkian, caci maki, hinaan dan berbagai macam penyakit hati orang lain dengan kebaikan, keikhlasan, dan kesabaran. Insya Allah bila hal tersebut bisa dilakukan, yang tadinya musuh, akan menjadi kawan, yang tadinya lawan menjadi teman, yang tadinya benci menjadi cinta, yang tadinya marah menjadi sumringah, dan yang tadinya penuh emosi menjadi canda yang penuh tawa, lalu hidup pun semakin bahagia, begitulah hidup kalau dihadapi dengan kacamata cinta, akan bahagia baik di dunia nyata maupun di dunia maya, baik dalam tulisan, perkataan, maupun perbuatan.

No comments

Post a Comment