Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. Ibrahim: 27)
Makna “ucapan yang teguh” dalam ayat ini adalah dua kalimat syahadat yang dipahami dan diamalkan dengan benar, sebagaimana yang ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya (jilid 4, hal. 1735):
Dari Baro’ bin ‘Azib rodhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “seorang muslim ketika dia ditanya (diuji) di dalam kuburnya (oleh malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa ‘tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (laa ilaa ha illallaahu) dan Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (muhammadarrosuulullaah) itulah makna firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
Syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, yang akan menentukan perjalanan kehidupannya. Dengan syahadat, orientasi duniawi (baca: materil) akan berubah menjadi tujuan ukhrawi, langsung atau tidak dapat merubah tujuan dan perjalanan hidup seseorang. Berbekal syahadat ini, Rasulullah saw. mengubah kondisi masyarakat Arab, dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan yang Islami. Tentunya untuk mewujudkan perubahan tersebut, kita harus terlebih dahulu memahami hakekat yang terkandung dalam dua kalimat syahadat.
Urgensi Syahadatain
Dari sinilah, kita dapat memetik urgensi (baca: ahamiyah) dari syahadat. Dan terdapat beberapa urgensi syahadat penting lainnya. Diantaranya adalah:
Pertama, syahadat merupakan pintu gerbang masuk ke dalam Islam, karena pada hakekatnya, syahadat merupakan kunci atau syarat utama untuk menjadi seorang muslim, artinya dengan sekadar mengucapkan syahadat, seseorang telah dapat dikatakan sebagai seorang muslim, dan sebaliknya. Dengan syahadat seseorang akan mengakui bahwa hanya Allah lah satu-satunya Dzat yang mengatur segala sesuatu yang ada di jagad raya, termasuk mengatur segala aspek kehidupan manusia dengan mengutus seorang rasul yang ditugaskan untuk membimbing umat manusia, yaitu nabi Muhammad saw.
Kedua, Syahadat merupakan intisari dari ajaran Islam. Karena syahadat mencakup dua hal: Pertama, konsep la ilaha ilallah; merealisasikan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah, baik yang dilakukan secara pribadi maupun secara bersamaan (berjamaah). Dari sini akan melahirkan keikhlasan kepada Allah Swt. Kedua, konsep Muhammad adalah utusan Allah, mengantarkan pada makna bahwa konsep ini menjadi konsep yang mengharuskan kita untuk mengikuti tatacara penyembahan kepada Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Atau dengan kata lain sering disebut dengan ittiba'.
Ketiga, syahadat merupakan dasar perubahan total, baik pribadi maupun masyarakat. Karena syahadat dapat merubah kondisi suatu masyarakat, bangsa dan negara secara menyeluruh, dengan sentuhan yang sangat dalam yaitu dari dalam diri tiap insan. Karena jika seseorang dapat berubah, maka ia akan menjadi perubah yang akan merubah masyarakatnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d: 11
" Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Keempat, syahadat merupakan hakekat dakwah Rasulullah saw. Karena pada hekekatnya dakwah Rasulullah saw. adalah untuk menegakkan dua hal, yaitu mentauhidkan Allah. Dan kedua menggunakan metode Rasulullah saw. dalam merealisasikan ibadah kepada Allah Swt.
Kelima, syahadat memiliki keutamaan yang besar. Di antaranya keutamaanya adalah sebagaimana yang digambarkan dalam hadits "Dari Ubadah bin al-Shamit, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkam neraka baginya." (HR. Muslim)
Syahadat yang bagaimanakah yang dengannya Allah akan mengharamkan neraka bagi yang bersyahadat?
Syarat Diterimanya Syahadat.
Melihat makna syahadat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ternyata syahadat bukanlah merupakan hal sepele yang ringan diucapkan oleh lisan. Namun syahadat memiliki konsekwensi yang demikian besarnya di hadapan Allah Swt. Oleh karena itulah, kita melihat para sahabat Rasulullah Saw. yang langsung memiliki perubahan yang besar dalam diri mereka, setelah mengucapkan kalimat tersebut. Berkenaan dengan hal ini, kita perlu melihat sejauh mana batasan-batasan yang dapat menjadikan syahadat kita dapat diterima oleh Allah Swt. Para ulama memberikan beberapa batasan, agar syahadat seseorang dapat diterima, antara lain :
• Didasari dengan ilmu
• Didasari dengan keyakinan
• Didasari dengan keikhlasan
• Didasari dengan kejujuran
• Didasari dengan rasa cinta/ keridhaan
• Didasari dengan rasa penerimaan
• Didasari dengan rasa kepatuhan (terhadap konsekwensi syahadat).
Hal-Hal yang Membatalkan Syahadat
Terdapat hal-hal yang dapat membatalkan syahadat yang telah kita ikrarkan di hadapan Allah Swt. Ust. Said Hawa menyebutkannya ada 20 bentuk. Berikut adalah delapan hal dari 20 perkara yang dapat membatalkan syahadat kita, yang memiliki konsekwensi kekufuran kepada Allah.
Pertama, bertawakal dan bergantung pada selain Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 23 :"Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
Kedua, bekerja/ beraktivitas dengan tujuan selain Allah.
Ketiga, sebagai seorang muslim, seyogyanya kita memiliki prinsip.
Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162: "Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."
Keempat, membuat hukum/ perundangan selain dari hukum Allah.
Kelima, menjalankan hukum selain hukum Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maa’idah ayat 44: “Dan barang siapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah (Al-Qur'an), maka mereka itu adalah orang-orang kafir."
Keenam, lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat.
Ketujuh, mengimani sebagaimana ajaran Islam dan mengkufuri (baca; tidak mengimani)
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 85: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
Kedelapan, menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maa’idah ayat 51: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Pada intinya, jika seseorang memahami dan mengetahui dengan baik apa yang terkandung dalam kalimat syahadat, tentulah mereka akan dapat memiliki keimanan dan komitmen yang tinggi kepada Allah, yang dapat mengantarkannya pada derajat ketaqwaan sebagaimana para sahabat Rasulullah saw. Barangkali kualitas keimanan kita yang rendah adalah karena kurangnya pemahaman yang utuh mengenai kalimat ini. Sehingga meskipun sering diucapkan lisan, namun belum dapat diterjemahkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan memahami kembali makna syahadat beserta hal-hal lain yang terkait dengan dua kalimat ini, semoga dapat menjadikan keimanan dan keislaman kita lebih baik lagi. Wajar, jika terdapat beberapa hal yang masih kurang dalam keimanan kita. Karena kita adalah manusia dengan segala kekurangan yang kita miliki. Oleh karena itulah, marilah kita memperbaiki hal-hal tersebut dengan yang lebih baik lagi. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
Wallaahu a'lam bish shawab.
No comments
Post a Comment