Kisah Nyata: Hukuman Untuk Pendusta di Dunia Semut

Oleh: Badrul Tamam Syaikh nabil Al-Audhi bercerita di akun Facebooknya tentang hukuman keras atas pendusta di dunia semut. Pada suatu keti... thumbnail 1 summary

semut

Oleh: Badrul Tamam

Syaikh nabil Al-Audhi bercerita di akun Facebooknya tentang hukuman keras atas pendusta di dunia semut. Pada suatu ketika beliau duduk di satu tempat. Pandangan beliau bergerak mengarah ke sana kemari melihat makhluk Allah dan memperhatikan keajaiban ciptaan-Nya.

Pandangan beliau tertuju kepada seekor semut yang menjelajahi tempat di sekitar beliau. “Dia mencari sesuatu yang saya tidak yakin ia tahu apa yang dicarinya,”tutur beliau. Tetapi dia terus mencari dan mencari, tidak merasa lelah dan bosan.

Di tengah-tengah pencariannya, semut tersebut menemukan sisa tubuh belalang, tepatnya kaki belalang. Ia berusaha mengambil dan menarik kaki belalang tersebut. Ia berusaha membawanya ke tempat tujuannya di dunia semut. Ia sangat bersemangat menyelesaikan pekerjaannya tanpa merasa ada beban. Berusaha dan terus berusaha.

Setelah gagal untuk membawanya, “ia lari dan pergi ke tempat yang tidak kuketahui dan menghilang.” Ujar Syaikh Nabil.

Tak lama ia kembali bersama sekumpulan semut yang banyak. Ternyata semut tersebut mengundang kawan-kawannya untuk membantunya membawa kaki belalang yang gagal dibawanya tadi.

Syaikh mengatakan, “Aku ingin sedikit hiburan dan membawa belalang, tepatnya kaki belalang dan menyembunyikannya.” Sehingga semut tadi dengan dibantu sekawanannya mencari kaki belalang ke sana kemari. Sampai akhirnya mereka putus asa menemukannya. Kemudian mereka semua pergi.

Tak lama berselang, satu semut tadi kembali sendirian. Lalu aku letakkan kaki belalang di depannya. Mulailah ia mengelilinginya dan melihat di sekitarnya. Lalu ia mulai menariknya. Berusaha dan terus berusaha sehingga ia tak mampu lagi melanjutkannya.

Kemudia ia pergi lagi untuk memanggil sekawanannya untuk membantunya membawa kaki belalang yang sedari tadi berusah ditariknya sendiri. Datanglah sekumpulan semut bersama dirinya. “Saat aku melihat kedatangan mereka aku tertawa-tawa dan aku ambil kaki belalang tersebut lalu aku sembunyikan dari mereka,” tutur beliau.

Mereka mencarinya ke sana ke sini. Mencari dengan penuh keikhlasan dan semangat yang membaja. Ia berkeliling ke sana ke sini. Melihat ke kanan dan ke kiri. Berharap melihat dan menemukan kaki belalang tadi. Tapi, ia tak menemukannya. “Aku sembunyikan belalang tersebut dari pandangan mereka,” tutur Syaikh.

Kemudian semut-semut tersebut berkumpul setelah penat mencari. Di tengah-tengah mereka berdiri satu semut yang mengundang mereka. Kemudian mereka menyerangnya dan memotong-motong tubuhnya di depan mata Syaikh dan beliau melihat sendiri kejadian tersebut. Beliau terheran-heran dengan kejadian tersebut. Mereka membunuhnya. Ya, membunuh dan memutilasi seekor semut di depan mata beliau. Karena mereka menyangka bahwa semut tadi membohongi mereka. “Ya, mereka membunuhnya di depanku dan ia dibunuh karena sebab aku,” ujar beliau.

Subhanallah, dalam dunia semut perbuatan dusta adalah perbuatan sangat buruk dan tercela sehingga pelakunya layak dibunuh. Para semut menilai perbuatan bohong adalah termasuk tindak kejahatan.

. . . dalam dunia semut perbuatan dusta adalah perbuatan sangat buruk dan tercela sehingga pelakunya layak dibunuh. . .

Islam Memandang Perbuatan Dusta

Dalam ajaran Islam, perbuatan dusta atau berbohong sangat-sangat dicela. Bahkan Islam mengategorikannya sebagai bagian dari tanda kekufuran dan kenifakan. Karenanya, Umat Islam diperingatkan secara umum agar tidak berdusta.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. Al-Nahl: 105)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda orang munafik ada tiga: apabila ia berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat berkhianat.” (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam hadits yang sangat masyhur, “Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertikai ia berbuat curang.” (Muttafaqun 'alaih)

Maka semaksimal mungkin kita menghindarkan diri dari berbohong. Jangan mudah berkata dusta walau dalam perkara-perkara kecil. Karena demikian itu akan mengurangi kepercayaan orang kepada kita saat kita menyampaikan kebenaran.

Dahsyatnya Siksa Atas Pendusta

Siksa yang diancamkan atas pendusta sangat berat. Dalam hadits Samurah bin Jundab yang sangat panjang, dijelaskan akibat yang akan ditanggung oleh pendusta yang kebohongannya sudah sampai ke ufuk. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan apa yang beliau temui dalam mimpinya,

فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوِبٍ مِنْ حَدِيْدٍ، وَإِذَا هُوَ يَأْتِي أَحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمِنْخَرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ. (قَالَ : وَرُبَّمَا قَالَ أبو رَجَاء: فَيَشُقُّ). قَالَ: ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الْجَانِبِ الآخَرِ فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بالجَانِبِ الأَوَّلِ، فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ الْجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الْجَانِبُ كَمَا كَانَ، ثُمَّ يَعُوْدُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الأُوْلَى. قَالَ: قُلْتُ لَهُمَا : سُبْحَانَ الله، مَا هَذَانِ؟ قَالَ: قَالاَ لِي : اِنْطَلِقْ اِنْطَلِقْ.

“Kemudian kami berangkat lagi mendatangi orang yang terlentang pada tengkuknya. Ternyata ada orang lain yang berdiri di atasnya sambil membawa kait (yang terbuat) dari besi. Tiba-tiba ia datangi sebelah wajah orang yang terlentang itu, lalu ia robek (dengan kait besi tersebut) mulai dari sebelah mulutnya hingga tengkuknya, mulai dari lubang hidungnya hingga tengkuknya, dan mulai dari matanya hingga tengkuknya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kemudian bersabda: “Selanjutnya orang itu berpindah ke sebelah wajah lainnya dari orang yang terlentang tersebut dan melakukan seperti yang dilakukannya pada sisi wajah yang satunya. Belum selesai ia berbuat terhadap sisi wajah yang lain itu, sisi wajah pertama sudah sehat kembali seperti sedia kala. Maka ia mengulangi perbuatannya, ia lakukan seperti yang dilakukannya pada kali pertama.”

Di penghujung hadits dijelaskan dosa yang diperbuat oleh laki-laki tadi, “Sesungguhnya laki-laki itu setiap keluar dari rumahnya ia berdusta (berbohong) yang kebohongannya sampai ke kaki-kaki langit (tersebar ke mana-mana,-terj)” (HR. Al-Bukhari) dalam riwayat lain, “Ia disiksa demikian hingga tiba hari kiamat.”

Siksa dahsyat yang ditimpakan kepada pendusta di atas terjadi di alam kuburnya sebagai adzab kubur. Ini terus disiksakan atasnya sampai terjadinya hari kiamat. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya. [PurWD/voa-islam.com]

Ini Dalil Puasa Hari Senin & Kamis

Oleh: Badrul Tamam Puasa hari Senin  dan Kamis termasuk sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam . ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anhu me... thumbnail 1 summary

dalil

Oleh: Badrul Tamam

Puasa hari Senin  dan Kamis termasuk sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anhu mengatakan,

كَانَ يَتَحَرَّى صِيَام الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيس

“Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin & Kamis.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasi dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan Al-Albani)

Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau (awal) diturunkan Al-Qur'an kepadaku.” (HR. Muslim)

Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis, beliau menjawab:

ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada Rabbul ‘Alamin (Allah). Karenanya aku suka saat amalku dibawa kepada-Nya aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Al-Nasai dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Raihlah keberuntungan hidup dengan mengikuti sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan berharap pahala kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata. Wallahu A’lam.

Menanamkan Cinta Allah dan Rosul Sejak Dini!

Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang sholeh/sholehah. Doa anak... thumbnail 1 summary

anak-anak-belajar-shalat

Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang sholeh/sholehah. Doa anak yang sholeh juga merupakan salah satu do’a yang insya Allah dikabulkan oleh-Nya.

Sejak dini anak harus diajarka cinta Allah, cinta Alqur’an, tidak lupa ajarkanlah cinta Rasul, seperti diketahui menanamkan keteladanan, yakni, menanamkan budi pekerti mulia seperti halnya juga apa yang dilakukan nabi Muhammad S.A.W sendiri terhadap kedua cucunya Sayidina Hasan bin Ali dan Sayidina Husein bin Ali.
Misalnya  Sewaktu Sayidina Hasan dan Husein masih kecil, apabila Rasulullah SAW sembahyang, baginda meletakkan mereka di sampingnya. Kedua-dua cucunya ini memperhatikan gerak gerik baginda dalam sembahyangnya. Bahkan, ketika baginda sujud, kedua-dua anak itu melompat ke belakang baginda. Maka ada seseorang yang mencuba melarang kanak-kanak itu, tapi baginda mengisyaratkan supaya dibiarkan saja kedua-dua cucunya bermain di belakangnya.

Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim disebutkan  hadits yang menunjukkan bahwa mencintai Rasulullah menempati kedudukan yang tinggi.
Disebutkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi,
“Wahai Rasulullah, kapan terjadinya hari kiamat?”
Rasulullah balik bertanya, “Apa yang engkau persiapkan untuknya?”
Orang tersebut menjawab, “Aku tidak mempersiapkan banyaknya shalat, puasa atau sedekah, hanya saja aku mencintai Allah dan Engkau, Rasul-Nya.”
Rasulullah pun bersabda, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.”

Di sini menunjukkan bahwa kecintaan seseorang kepada Nabi adalah sebab dikumpulkannya dia bersama Nabi, di surga. Hal ini tidak lain karena cinta kepada Nabi adalah salah satu konsekuensi dari syahadat kedua; Muhammad Rasulullah. Syarat sah-nya menjadi seorang muslim.

Memang tak mudah  mengenalkan terlebih lagi menanamkan rasa cinta terhadap tokoh yang beda rentang waktu cukup jauh terhadap anak yang secara psikologis kemampuannya untuk  menelaah faktor waktu kaitannya dengan sejarah belum sempurna, akan tetapi sudah menjadi kewajiban orang tua terhadap anak untuk melatihnya.

Konsep dasar dalam mendidik anak untuk mencintai Allah dan Rasul. Yakni, dipraktekkan, dicontohkan, dibiasakan, dan yang terakhir, didoakan dan dimotivasi.
Pada dasarnya untuk melatihnya dibutuhkan kreatifitas keluarga (orangtua).
Kemampuan menerapkan sikap keseharian yang dengan mudah dapat di konotasi-kan akan perikehidupan rasul, dan
Kemauan orang tua untuk menyediakan cukup waktu untuk berinteraksi terhadap anak.

Beberapa hal tentang konsep medidik anak

Hindarkanlah sebisa mungkin untuk mengajarkan ahlaq cinta terhadap rasul itu sebagai norma misalnya larangan dan perintah. Sebisa mungkin diawali dengan cerita-cerita tentang pribadi mulia Rasul, kejadian-kejadian luar biasa yang pernah dialami Rasul, dan sebagainya. Hal ini disampaikan sejak anak masih kecil, misalnya pada saat anak menjelang tidur.
Dengan mudahnya diperoleh video dalam bentuk cd memudahkan kita memvariasikan metode dengan gambar animasi tentang sejarah kehidupan Nabi muhammaad S.A.W.

Pembiasaan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad seperti: makan, mengenakan baju, sepatu dan sebagainya, berbicara dengan lembut, berperilaku sopan santun, bisa mengendalikan amarah, mengenalkan batas aurat. Contoh: jika sejak dini kita biasakan anak perempuan kita menggunakan jilbab, maka saat dewasa ia justru akan merasa tidak nyaman jika memperlihatkan auratnya, dll.

Kondisikan lingkungan pergaulan dan pendidikan yang islami. Contoh: sejak dini ikutkan anak kita dalam TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an).
Musik qasidah dan lagu religi cinta rasul bisa jadi salah satu alternatif yang lain.
Mengajak anak berpartisipasi dalam acara maulid Nabi, tentu saja dengan menyesuaikan forum dan usia anaknya.

Hal-hal diatas seharusnya dilakukan secara repetisi (=berulang) dalam keseharian, tidak cukup sekali atau dua kali. Bahkan mencintai Rasul itu bukan sekadar diungkapkan, melainkan juga dipraktekkan dengan sikap dan perbuatan yang mencontoh Rasul, sehingga anak-anak kita akan menjadi anak yang saleh/salehah.

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)].

Alkohol di Tissue Pembersih Galon Air Minum?

Pertanyaan: Ustadz yang terhormat, pada umumnya kita sudah terbiasa dengan mengkonsumsi air mineral dari aqua galon. Setiap kita akan mengg... thumbnail 1 summary

tisu

Pertanyaan:

Ustadz yang terhormat, pada umumnya kita sudah terbiasa dengan mengkonsumsi air mineral dari aqua galon. Setiap kita akan menggunakannya tentu di sekitar tutup botolnya dibersihkan dengantissue terlebih dahulu. Setelah saya cermati tissue pembersih tersebut mengandung cairan beraroma ethanol (alkohol). Saya kenal aroma tersebut karena sering menggunakannya di lab. tempat kerja saya. Nah, apabila di sekitar mulut botol yang dibersihkan itu masih tersisa butir-butir cairan (beralkohol) tersebut, dan pada saat membalikkan botol kemudian ikut terlarut dalam air mineral yang akan kita minum, maka bagaimana hukum meminum air mineral tersebut, padahal alkohol yang ikut terlarut sedikit? Mohon pula keterangan haditsnya. Terima kasih.

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Memang masalah yang anda tanyakan ini cukup menggelitik rasa ingin tahu kita. Sebab umumnya orang berpandangan bahwa alkohol itu identik dengan minuman keras atau khamar. Maka bila sebagian dari alkohol itu bercampur dengan apa yang kita makan dan minum, dikesankan menjadi tidak halal.

Namun perlu anda cermati hal-hal berikut ini agar menjadi jelas persoalannya.

1. Bahwa para ulama tidak sepakat mengatakan bahwa alkohol itu identik dengan minuman keras atau khamar. Memang benar bahwa kebanyakan minuman keras itu mengandung alkohol. Namun bukan berarti segala zat makanan atau minuman yang di dalamnya terkandung alkohol boleh dikategorikan sebagai khamar.

Sebagai orang yang mengerti kimia, anda pasti tahu bahwa sesungguhnya alkohol itu secara alami terdapat di dalam sebagian jenis makanan. Misalnya di dalam tape dan beras ketan. Toh kita tidak akan mengatakan tape dan beras ketan itu khamar lantaran mengandung alkohol, bukan?

Jadi apalah artinya butir-butir sisa alkohol bekas membersihkan mulut botol galon, dibandingkan dengan kadar alkohol di dalam makanan kita?

2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan LP-POM-nya telah menetapkan kehalalan jenis makanan atau obat-obatan yang mengandung alkohol, bila memang diperlukan. Misalnya untuk pelarut obat. Hanya saja kadar maksimalnya tidak boleh lebih dari%.

Kalau dibandingkan dengan butiran sisa alkohol di galon minuman anda, sudah pasti tidak akan melebihi 1% kan? Jadi kalau mau pinjam fatwa MUI, tetap masih aman.

3. Namun untuk menghindari rasa syak di hati, ada baiknya sebelum galon itu dipasang kembali, dibiarkan saja dulu selama beberapa saat agar butiran sisa alkohol menguap. Bukankah alkohol itu memang cepat menguap dalam waktu singkat? Jadi setelah kering, barulah anda pasang. Maka anda aman dari rasa ragu.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Doa Sapu Jagat: Minta Semua Kebaikan & Berlindung dari Semua Keburukan

  اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ... thumbnail 1 summary

doa sapu jagat

 

Doa_sapujagat2

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه

“Ya Allah, sesungguhnyakami memohon kepada-Mu sebaik-baik apa yang pernah diminta oleh nab-Mu MuhammadShallallahu 'Alaihi Wasallam, dan kami berlindung kepadaMu dari marabahaya yang Nabi-Mu Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berlindung kepada-Mu darinya, Engkaulah tempat meminta pertolongan dan Engkau pula yang menyampaikan, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Mu.”

Sumber doa

Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu berkata: RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam berdoa sangat panjang sehingga kami tidak bisa menghafalnya. Kami berkata: Wahai Rasulullah, engkau berdoa sangat panjang hingga kami tidak bisa menghafalnya sedikitpun. Lalu Nabi bersabda: maukah kalian aku ajari doa yang bisa mencakup semua itu? yaitu kalian membaca: . . . (doa di atas,-ter).” (HR. al-Tirmidzi & beliau menyatakan hadits ini Hasan)

Syaikh Al-Albani Rahimahullah mendhaifkan hadits ini karena kacaunya hafalan Laits bin abi Salim. Kesimpulan ini beliau tuturkan dalam Dhaif al-Tirmidzi, no. 3521, Silsilah Dhaifah, no. 3356, dan Dhaif Al-Jami’ no. 2165)

Hanya saja sebagian isi hadits ini telah disebutkan dalam hadits lain yang lebih panjang dan shahih. Dari ‘AisyahRadhiyallahu 'Anha menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengajarkan kepadanya doa ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan seluruhnya yang disegerakan (di dunia) maupun yang ditangguhkan (di akhirat), yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan seluruhnya yang disegerakan (di dunia) maupun yang ditangguhkan (di akhirat), yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui.

Ya Allah, Aku meminta kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba & Nabi-Mu (Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam) kepada-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba dan Nabi-Mu berlindung kepada-Mu darinya.

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu surga dan apa saja yang mendekatkan kepadanya; baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa saja yang mendekatkan kepadanya; baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu agar menjadikan setiap ketetapan (takdir) yang Engkau tetapkan untukku sebagai (takdir) kebaikan.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan selainnya; dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 1276)

Apa Doa Ini Baik Untuk Dibaca?

Dari sisi sanad, sebagian ulama ada yang mendhaifkan. Namun sebagian yang lain menghasankannya. Terlebih terdapat doa lain yang semakna atau menguatkan maknanya sehingga doa ini baik sekali diamalkan dan dimohonkan isinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Jika-pun dhaif, bukan berarti setiap doa yang datang dengan riwayat dhaif tidak boleh diamalkan. Karena saat satu doa berisi kebaikan, tidak menyimpang, dan maknanya shahih maka dibolehkan berdoa dengannya secara umum; walau ia datang dengan riwayat lemah. Bahkan tetap boleh dibaca walau tanpa ada riwayat atau atsar yang menyebutkannya. Ini selama tidak ditentukan waktu & kaifiyahnya secara khusus dan tidak disertai keyakinan dengan keutamaan-keutamaannya yang istimewa.

Kandungan Doa

Doa ini mengandung keberkahan yang besar karena diajarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada salah seorang sahabatnya. Penuh manfaat dan mencakup kebaikan yang tak terkira. Sebabnya, karena doa ini tidak meninggalkan sedikitpun dari kebaikan di dunia dan akhirat yang pernah diminta Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Doa ini juga tidak meninggalkan satupun keburukan di dunia dan akhirat agar dijauhkan dari dirinya –dimana- RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam telah berlindung darinya.

Sedangkan siapa yang meminta kebaikan-kebaikan yang pernah diminta oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sungguh ia telah meminta kebaikan secara keseluruhan dengan berbagai bentuk dan macamnya; baik yang diketahui maupun tidak.

Sebagaimana juga, siapa yang berlindung dari perkara yang Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berlindung kepada Allah darinya maka sungguh ia telah berlindung dari keburukan secara keseluruhan dengan berbagai bentuk dan macamnya; baik yang diketahui atau tidak oleh dirinya. Maka doa ini termasuk Jawami’ Kalim (perkataan ringkas yang cakupan maknanya luas).

Doa ini ditutup dengan menyebut sifat Allah (al-Musta’an: yang dimintai pertolongan), maknanya: aku minta pertolongan untuk diriku dalam urusan agama, dunia, dan akhiratku hanya kepada-Mu semata. Sesungguhnya Engkau, Ya Allah yang bisa menolong semua kepentinganku ini dan mengabulkan doaku. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

5 Dampak Buruk Makanan Haram

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarg... thumbnail 1 summary

halal-haram

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memakan yang halal dari makanan sebelum memerintahkan mereka untuk mengerjakan amal shalih. Karena makanan yang dikonsumsi seseorang memberi pengaruh yang kuat dalam amal-amal yang dikerjakannya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.  Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mukminun: 51)

Ibnu Katsir berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya dari para Rasul ‘Alaihimus Shalatu Wassalam Ajma’in untuk makan yang halal dan menjalankan amal shalih. Ini menunjukkan bahwa makanan halal membantu untuk beramal shalih. Lalu para nabi menjalankan perintah ini dengan sempurna. . .”

Sebagian ulama berkata: Setiap apa yang Allah Ta’ala halalkan maka pasti ia baik dan bermanfaat untuk fisik dan agama seseorang. Sebaliknya, setiap apa yang Allah haramkan maka itu buruk dan berbahaya terhadap fisik dan agamanya.” (Dinukil Ibnu Katsir dalam tafsirnya)

Sesuatu yang haram hanya akan mendatangkan keburukan walaupun ia menarik dan banyak orang terpukau kepadanya. Sesungguhnya nilai baik itu ditentukan oleh syariat, bukan dengan akan semata.

Dampak Buruk Makanan Haram

Di antara dampak buruk yang diakibatkan dari makanan yang haram adalah:

Pertama: makanan haram akan merusak hati. Apa yang dikonsumsi seseorang ke dalam perutnya memiliki hubungan sangat erat dengan qalbunya; sehat dan rusaknya. Karenanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.” Kemudian sesudah itu beliau bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati.” (Muttafaq ‘Alaih)

Al-Munawi berkata: “Rasulullah menyabdakan ini sesudah sabda beliau ‘perkara halal itu jelas’, sebagai peringatan bahwa makanan halal akan menyinari dan memperbaiki hati, sedangkan makanan syubuhat akan membuat hati keras.”

Maka orang-orang yang biasa mengonsumsi makanan haram hatinya akan menjadi keras dan kasar. Karena Allah mencabut rasa iba, lemah lembut, dan penyayang dari hati mereka. Sehingga mereka tidak merasa kasihan kepada orang fakir dan tidak terketuk hatinya membantu orang-orang yang kesusahan.

Kedua: Doa tidak dikabulkan. Karena makanan haram menghalangi terkabulnya doa dan diijabahi permohonan. Dalilnya, hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menyebutkan seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.’ Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dikenyangkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?” (HR. Muslim)

Umar bin al-Khathab berkata, “Dengan menjauhi apa yang Allah haramkan dan bertasbih maka akan dikabulkan doa.”

Ibnu Rajab berkata, “Makanan, minuman, dan pakaian yang haram serta mengenyangkan diri dengannya menjadi sebab tidak dikabulkannya doa.”

Ketiga: Merusak amal-amal shalih. Akibatnya, makanan yang haram menyebabkan amal-amal ibadah tidak diberi pahala.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Shalat tidak diterima tanpa bersuci & tidak pula shaqadah yang dari kecurangan akan diterima.” (HR. Muslim)

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu berkata, “Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam lambungnya terdapat makanan haram.”

Ibnu Daqiq berkata dalam syarah hadits Muslim di atas, " . . . Dan bahwa makanan lezat yang tidak mubah akan menjadi bencana atas pemakannya serta amalnya tidak diterima oleh Allah.”

Wahab bin al-Warad berkata, “Jikalau kamu menjalankan ibadah selama pasukan ini pergi maka sedikitpun tak bermanfaat untukmu sehingga engkau lihat apa yang masuk ke dalam perutmu; halal ataukah haram itu?”

Keempat: merasa hina dan rendah. Mengonsumsi makanan haram akan merasa hina dan rendah diri karena dia hidup di atas kezaliman terhadap orang lain, memakan harta mereka dan merampas hak-hak mereka. Sehingga hatinya merasa hina dan jiwanya merasa rendah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Dan dosa adalah sesuatu yang membuat goncang hatimu dan engkau tidak suka orang-orang mengetahuinya.” (HR. Muslim)

Kelima: Menyebabkan keturunannya rusak. Yakni makanan haram yang dikonsumsi seseorang untuk dirinya dan keluarganya akan menyebabkan keturunannya menjadi rusak agama dan akhlaknya. Allah tidak menjaga mereka sebagai hukuman atas perbuatan orang tua yang mengambil yang haram. Karena anak yang shalih, baik, dan nurut menjadi pembahagia dan permata untuk orang tuanya. Allah cabut kebahagiaan ini dari hidupnya.

Sebaliknya, siapa yang mencukupkan diri dengan yang halal maka Allah akan menjaga dan memberkahi keturunannya. Ibnu al-Munkadir berkata, “Sesungguhnya Allah akan senantiasa menjaga anak dan cucu orang shalih serta orang-orang disekitarnya dengan sebab dirinya. mereka senantiasa mendapat perlindungan dan pengamanan dari Allah.”Wallahu Ta’ala A’lam.

Tazyin; Jerat Syetan Menjerumuskan Manusia Dalam Kemaksiatan

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi W... thumbnail 1 summary

timthumb

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta pengikut mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Syetan senantiasa berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang benar dan menjerumuskan mereka dalam perbuatan dosa. Tujuannya, agar syetan memiliki teman sebanyak-banyaknya di neraka. Allah Subhanahu wa Ta'alaberfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Faathir: 6)

Salah satu jerat syetan dalam menyesatkan manusia dan menjerumuskan mereka dalam perbuatan dosa adalah dengan cara tazyin (menghiasi/memandang baik perbuatan maksiat). Syetan senantiasa menghiasi perbuatan bejat dan maksiat atas seorang hamba. Syetan juga menutupi akibat buruknya dan menjadikannya terlihat remeh di mata pelakunya. Sehingga ia terlena dalam perbuatan buruknya tersebut, bertambah jauh dari Tuhannya, dan mati dalam kondisi hina.

Cukup banyak ayat yang menjelaskan trik syetan yang satu ini dalam menggelincirkan manusia, diantaranya firman Allah:

وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 43)

Allah Ta'ala berfirman,

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

"Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS. Al-Hijr: 39)

Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat di atas, "Aku jadikan mereka suka dan gemar kepada maksiat, menguatkan dan membantu mereka dengan sungguh-sungguh."

Allah berfirman dalam ayat yang lain,

كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 122)

"(Syetan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu." (QS. Al-Taubah: 37)

"Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syetan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar)." (QS. Al-Ra'du: 33)

Allah berfirman tentang kisah Ratu Bilqis, "Dan syetan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk," (QS. Al-Naml: 34)

Allah berfirman lagi tentang umat terdahulu, "Dan (juga) kaum Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syetan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam." (QS. Al-Ankabut: 38)

Allah berfirman menerangkan tazyin syetan terhadap kafir Quraisy Makkah pada saat perang Badar, "Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfal: 48)

Ingat,  Syetan Penyesat Tak Bertanggungjawab!

Walaupun syetan yang telah berbuat jahat terhadap manusia dengan menggoda mereka untuk berbuat maksiat dan menghiasi perbuatan buruk tersebut, tapi syetan –sebagaimana yang Allah ceritakan kepada kita dalam Kitab-Nya- tidak mau bertanggungjawab ikut menanggung perbuatan buruk tersebut. Syetan berlepas diri dari para pengikutnya dan siapa yang berhasil disesatkan olehnya.

Allah Ta'ala berfirman,

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ

"(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syetan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim." (QS. Al-Hasyar: 16-17)

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Dan berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.  Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri.  Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS. Ibrahim: 22)

Sikap Orang Beriman Setelah Berbuat Maksiat

Orang beriman yang telah berhasil digelincirkan syetan dalam perbuatan maksiat -dengan fitrahnya yang sehat-, akan merasa sangat bersalah, mengakui kejahatannya, dan terbebabi dengan dosanya. Sehingga ia segera lupa dengan nikmatnya maksiat, ia tersiksa, dan berharap kalau saja ia tidak terjerumus ke dalamnya.

Penyesalan, tersiksa, dan galau sesudah berbuat dosa akan menjadi sebab Allah menghapuskan dosanya, ini bagian dari luasnya rahmat Allah, Tuhan semesta alam.

Godaan syetan dan tazyinnya ini akan menghancurkan manusia yang menurutinya kecuali orang bertakwa dan memiliki iman yang tulus. Apabila mereka lalai dan melanggar batas, maka mereka segera kembali kepada Allah, menyesal, minta ampun, dan tidak bertekad tidak akan mengulanginya. Allah Ta'ala menerangkan tentang mereka ini,

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al-A'raf: 201)

Inilah karakter orang beriman sesudah terjerumus dalam kemaksiatan akibat godaan syetan, baik dengan mengerjakan keharaman atau meninggalkan kewajiban, ia segera sadar akan kesalahannya dan godaan syetan sehingga ia beristighfar kepada Allah dan kembali kepadanya dengan mengerjakan kebaikan-kebaikan. Oleh sebab ini, syetan kembali merana. Apa yang sudah ia usahakan telah hancur berantakan. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Kenapa Dalam Menjalankan Ketaatan Harus Disertai Kesabaran?

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Al... thumbnail 1 summary

sabar

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Para ulama membagi sabar menjadi tiga bagian; Pertama, sabar di atas ketaatan. Kedua, sabar dari apa saja yang Allah haramkan. Ketiga, bersabar saat tertimpa takdir ketetapan Allah yang dirasa menyakitkan (musibah).

Jika makna sabar secara bahasa adalah menahan diri, yakni menahan diri dari apa yang tdak disukai jiwanya. Maka pada bagian kedua & ketiga kita akan memakluminya, yakni sabar (menahan diri) dari menuruti syahwat dan dorongan nafsu; dan sabar (menahan diri) dari mengeluh dan mengumpat atas musibah yang Allah takdirkan atas dirinya, lalu ia ridha kepadanya dan berharap pahala kepada Allah atasnya. Kemudian dalam ketaatan kok kita harus sabar, kenapa?

Sebabnya, karena ketaatan dirasa berat oleh jiwa & fisik seseorang sehingga sehingga ia merasa kesulitan menjalankannya. Apalagi kalau fisiknya lemah dan capek, maka beratnya menjalankan ketaatan semakin terasa. Karenanya untuk menjadi ahli tha'ah sangat dibutuhkan kesabaran untuk dawam (kontinyu) menjalankannya.

Di sisi lain, ketaatan terkadang membutuhkan modal duit seperti zakat, infak, haji dan semisalnya maka menjalankan ketaatan-ketaatan ini menjadi beban bagi jiwa manusia. Karena tabiat dasar manusia itu pelit, sayang & eman-eman terhadap harta yang telah diusahakannya. Karenanya seseorang dalam menjalankan ketaatan ia harus mampu melawan apa-apa yang tidak disukai jiwannya, ia harus mampu mengalahkan kecenderungan jiwanya yang ingin berleha-leha, malas, tidak mau ada beban, dan ingin menikmati kesenangan-kesenangan.

Ringkasnya, dalam menjalankan ketaatan terdapat sesuatu yang berat atas jiwa dan fisik kita. Karenanya menjalankannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Siapa yang mampu bersabar, atas ketaatan ini dan ditmabah dengan dua macam kesabaran lainnya di atas maka ia akan mendapatkan keberuntungan hidup.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Rumahku, Keindahanku

Ketika seorang wanita telah mengambil keputusan melangkah menuju pernikahan, maka secara otomatis dia harus rela egonya terbuang jauh- jau... thumbnail 1 summary

timthumb

Ketika seorang wanita telah mengambil keputusan melangkah menuju pernikahan, maka secara otomatis dia harus rela egonya terbuang jauh- jauh. Termasuk juga rela menyisihkan banyak kepentingan, keinginan serta karakter pribadi demi menjaga keutuhan keluarga.

Ia juga harus dengan ikhlas merubah beberapa hal buruk dalam kebiasaan, sikap, dan sifat, agar rumah tangga senantiasa terlihat indah. Tentu saja, dalam hal ini diperlukan kedewasaan, kematangan berfikir dan kesiapan mengabdi, yang kesemuanya akan lebih mudah jika dilakukan atas dasar iman kepada Allah.
Salah satu hal penting dari seorang istri, adalah tentang rumahnya. Ada sebuah perumpamaan bahwa, "Seperti apa rumahnya, seperti itulah istrinya". Kalimat tersebut menggambarkan bahwa keadaan sebuah rumah mencerminkan bagaimana karakter "sang ratu" didalamnya.

Jika rumah senantiasa tertata rapi dan indah, maka bisa ditebak, bahwa sang istri memang memiliki karakter yang juga rapi dan indah. Namun jika keadaan yang terlihat adalah sebaliknya, maka dengan mudah orang akan menilai seperti apa kepribadian si istri dirumah.
Hal ini bukan lantas menjadikan para istri kambing hitam dari segala permasalahan rumah tangga, yang memang sangat banyak tentunya. Namun sebagaimana kita tahu, wanita adalah tentang merawat.

Allah menganugrahkan kepada wanita ketelatenan tentang hal-hal kecil sekalipun, yang bahkan mungkin terlewatkan oleh seorang laki-laki.

Rasulullah Salallahu alaihi wassalam, bersabda "Setiap kalian adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya & seorang laki-laki adalah pemimpin dlm keluarga & akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, & wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya & akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”(Muttafaqun ‘alaihi)
Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bagaimanakah kualitas seorang istri, bisa dilihat dari hasil kepemimpinannya yaitu rumahnya.
Lalu bagaimana dengan keberadaan seorang pembantu? Seringkali ketika si istri sudah mendapatkan amanah dalam hal rumah tangga, keberadaan pembantu akhirnya dihadirkan ditengah keluarga.

Namun menyerahkan segala urusan kepada pembantu, bukan lantas menjadi jalan keluar. Relakah kita jika sebutan wanita handal dirumah kita sendiri, justru beralih kepada pembantu, dan bukan kepada kita sang ratu rumah tangga?

Memang seharusnya seorang pembantu, hanyalah sekedar membantu. Dan penanggung jawab utama adalah para istri itu sendiri. Karena itulah, mau tak mau memang wanita sebagai seorang istri harus turun tangan membereskan segala pernak pernik rumah tangga, sehingga ada nilai kehormatan tersendiri atas dirinya dan keluarganya. Selain itu kemuliaan juga akan tumbuh dimata anak dan suami kita, dan terutama dihadapan Allah.
Sungguh, wanita terlihat indah, salah satunya ketika ia mampu menata dan mengindahkan istananya, yaitu rumahnya sendiri. Akan terlihat timpang jika si wanita begitu lihai dalam urusan diluar rumah, namun masih minus dalam hal kepengurusan rumahnya.

Dengan kata lain, betapapun tinggi status sosial, pendidikan, atau penghasilan, namun belum lengkaplah keindahan semua itu jika ia tidak mampu menghadirkan keindahan dalam istananya, yaitu rumah suaminya.

Doa Agar Anak Rajin Shalat

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-ora... thumbnail 1 summary

anak sholat

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang senantiasa mendirikan salat, Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)

____________________________________

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Doa ini adalah salah satu doa terbaik yang pernah dipanjatkan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihis salam yang dibadikan dalam Al-Qur'an. Pasti doa ini sangat istimewa dan penuh keberkahan. Selayaknya setiap hamba mukmin menjaganya dan senantiasa membacanya. Karena tidak ada sesuatu yang lebih disukai seorang hamba mukmin daripada dia dan orang-orang yang dicintainya menjadi ahli shalat. Karena shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama seseorang. Shalat menjadi tiang agamanya dan barometer keimanannya, jika baik shalatnya maka baik pula semua amalnya; sebaliknya jika buruk shalatnya maka buruk pula semua amalnya.

Allah mengabadikan doa Ibadurrahman yang berisi harapan dari pasangan dan anak turunnya sebagai qurrata a’yun (penyejuk mata dan pembahagia hati), yakni mereka menjadi hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah memaknakan “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),” adalah yang taat kepada Allah, karena tiada sesuatu yang lebih membuat senang pandangan seorang mukmin dari pada melihat orang yang dicintainya dalam ketaatan." (Lihat Fathul Baari dalam tafsir ayat di atas).

Sebaliknya, Allah menyebutkan ciri utama generasi pengganti buruk lagi sesat dengan sifat tidak memperhatikan urusan shalat.

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59)

Makna Idha’atus Shalat (menyia-nyiakan shalat) menurut ulama tafsir adalah shalat di luar waktunya dan suka meninggalkan shalat.

Karenanya Syariat datang memerintahkan kepada orang tua untuk menyuruh anak-anaknya shalat saat usia 7 tahun. Jika masih suka meninggalkan shalat saat masuk usia 10 tahun agar memukulnya. Ini juga mengandung perintah agar orang tua mengajari anak-anaknya shalat.

Kemudian usaha ini disempurnakan dengan doa agar Allah memberikan taufik kepada diri kita dan anak-anak turun kita untuk menjaga urusan shalat ini. Karena tidak ada sesuatu terjadi di muka bumi ini kecuali dengan izin dan kehendaknya, termasuk menjadi orang yang menegakkan shalat.

Penjelasan Isi Doa

Maksud “Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang-orang yang senantiasa mendirikan salat” adalah: Wahai Rabbku jadikan aku termasuk orang yang menjaga shalat pada waktunya, menyempurnakan rukun dan syarat-syaratnya, serta apa saja yang menjadikan shalat itu sempurna. Dikhususkannya menegakkan shalat dengan doa ini yang tidak diminta secara khusus pada ibadah-ibadah selainnya menunjukkan pentingnya urusan shalat. Karena shalat merupakan syi’ar iman dan pokok amal dalam Islam.

“Dan anak turunku. .”: begitu juga jadikan dari anak turunku orang yang menegakkan shalat dengan cara yang sempurna dan paripurna.

“Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku,”: Ya Allah kabulkan doaku ini. Berisi pengulangan dan desakan agar doa benar-benar dikabulkan. Dibuktikan pengulangan nida’(panggilan) kepada Allah dengan menyebut Rububiyyah-Nya yang menunjukkan tadharru’ (merendahkan diri) yang sempurna di hadapan Allah 'Azza Wa Jalla. Wallahu Ta’ala A’lam.

Duh! Malangnya Mahasiswi Mati Setelah Berzina

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Al... thumbnail 1 summary

ora bejo

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Siti Halimah Tusaidah (22) mati dibunuh kekasih haramnya sendiri. Mayat Siti ditemukan warga dalam karung plastik besar di tepi Sungai Cisadane, Rumpin, Bogor pada Ahad 11 Agustus lalu.

Suali alias Ali (25) adalah eksekutornya. Dia menjalin hubungan asmara dengan mahasiswi Universitas Pamulang (Unpam) semester 4 pada tahun 2010 namun, beberapa bulan kemudian hubungan keduanya kandas. Lalu mereka kembali berpacaran saat bulan puasa kemarin.

Menurut pengakuan Ali, sebelum pembunuhan itu terjadi mereka berzina terlebih dahulu. Seusai melakukan perbuatan yang sangat hina di mata agama ini, Siti meminjam Hand Phone pacarnya tersebut dan menghapus nomor kontak ponselnya. Ali pun marah. Terjadilah pertengkaran keduanya. Pertengkaran semakin panas sehingga Ali memutuskan hubungannya.

Siti pun mengancam akan menyebarluaskan bahwa mereka telah berhubungan intim, melalui media jejaring sosial facebook. Hingga pada akhirnya, Ali membunuh Siti.

Lalu Ali membenamkan wajah Siti ke tanah. Setelah melihat Siti terkapar lemas di tanah, Ali kemudian menjerat leher Siti dengan kerudung biru yang dikenakan mahasiswi itu. Ali kemudian membungkus Siti ke dalam karung dan membuangnya di pinggiran Sungai Cisadane.

Ringkasnya, Siti mati setelah melakukan zina bersama pasangan haramnya. Padahal ancaman siksa atas pelaku zina sangatlah berat. Bahkan, jika tegak hukum Islam si pezina yang belum pernah menikah dicambuk di depan umum sebanyak 100 kali, lalu diasingkan selama satu tahun.

Di alam kubur, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengabarkan siksa ngeri bagi pelaku zina dalam mimpinya. Yakni, pezina laki-laki dan perempuan dalam keadaan telanjang ditaruh pada sebuah tungku api yang sangat besar, bagian bawahnya sangat luas sementara bagian atasnya lebih sempit. Di bawah tungku tersebut dinyalakan api yang menyala-nyala. Terdengar dari dalamnya kegaduhan dan suara teriakan yang mengerikan.  Jika api itu menyala maka terangkatlah mereka sehingga hamper-hampir terlempar ke luar. Mereka menjerit sejadi-jadinya. Namun jika apinya mengecil maka mereka kembali turun. Dan siksa tersebut akan berulang-ulang mereka rasakan sehingga terjadinya kiamat. (HR. Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub)

Dan setelah terjadinya kiamat, siksa yang lebih berat dan keras telah menanti mereka.

Kerasnya ancaman hukuman bagi pezina tak lepas dari beratnya perbuatan zina dalam pandangan Islam. Bahkan sebagian hadits mengindikasikan hilangnya iman dari diri pezina saat ia berzina.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda,

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Seorang pezina yang akan berzina tak akan jadi berzina ketika dalam keadaan beriman. Seorang pencuri yang akan mencuri tak akan jadi mencuri ketika dalam keadaan beriman. Seorang peminum khamar yang akan meminum khamar tak akan jadi meminumnya ketika dia dalam keadaan beriman.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lafadz milik Muslim)

Imam Nawawi Rahimahullah berkata, “Para ulama berbeda pendapat mengenai hadits di atas. Namun makna yang benar adalah perbuatan maksiat di atas tidak akan dilakukan, jika orang itu memiliki keimanan yang sempurna. Pengertian ini diambil dari lafadz-lafadz yang diungkapkan untuk penafian sesuatu dan yang dimaksudkan adalah penafian sebagaimana adanya.”

Dalam Shahih Bukhari, setelah beliau meriwayatkan hadis ini, Ikrimah berkata, “Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Bagaimana tercabutnya keimanan dari orang itu?”

Ibnu Abbas menjawab, “Seperti ini.” Ibnu Abbas menjalin jari-jarinya dan melepaskankan jalinan jari-jarinya. Ibnu Abbas kembali menjelaskan, “Jika dia bertaubat, maka jari-jari ini akan kembali terjalin." Demikianlah, Ibnu Abbas kembali memperlihatkan jari-jarinya yang terjalin.

Dalam hadits lainnya, Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda, “Jika seorang hamba berzina, maka iman akan keluar darinya, maka dia seperti payung yang berada di atas kepalanya. Jika dia meninggalkan perbuatan zina itu, maka keimanan itu akan kembali kepada dirinya.” (HR. At Tirmizi  danAbu Dawud)

Karenanya, bagi saudaraku muslimin dan muslimat janganlah dekati perbuatan zina. Sesungguhnya Allah sangat murka kepada perbuatan tersebut, memperingatkan dari segala sesuatu yang menghantarkan kepadanya, dan mengancam dengan kehinaan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat. Wallahu A’lam.

sumber: http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2013/08/21/26397/duh-malangnya-mahasiswi-mati-setelah-berzina/